Jumat, 29 Agustus 2014

Memperbaiki Kualitas Pelayanan

Ada beberapa srategi untuk mengingkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan. Fandi Tjiptono dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Total Quality Service menyebutkan enam strategi itu adalah :

1. Strategi relationship marketing
Strategi relationship marketing adalah strategi pemasaran dimana transaksi pertukaran antara pembeli dan penjual berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai. Bisa dikatakan bahwa perusahaan berusaha menjalin kerjasama dan kemitraan terus menerus yang pada akhirnya menimbulkan kesetiaan pelanggan.

2. Strategi superior customer service
Strategi superior customer service adalah strategi pemasaran dengan cara menawarkan pelayanan yang lebih baik daripada pesaing. Bentuk-bentuk pelayanan pelanggan yang mungkin dikembangkan, antara lain adalah:
  • Memberikan garansi/jaminan
  • pelatihan cara menggunakan produk
  • konsultasi teknis
  • saran-saran untuk pemakaian produk alternatif
  • kesempatan untuk mengembalikan atau menukar produk yang tidak memuaskan
  • reparasi komponen-komponen yang rusak atau cacat
  • penyediaan suku cadang pengganti
  • menindaklanjuti kontak dengan pelanggan
  • memberikan informasi berkala dari perusahaan
  • membentuk klub atau organisasi pemakai produk
  • pemantauan atau penyesuaian produk untuk memenuhi perubahan kebutuhan pelanggan.
3. Strategi unconditional service guarantees
Strategi unconditional service guarantees adalah komitmen perusahaan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan yang pada gilirannya akan menjadi sumber dinamisme penyempurnaan mutu produk atau jasa kinerja perusahaan. Untuk memastikan kepuasan pelanggan perusahaan akan memberikan garansi atau jaminan istimewa.

Garansi dirancang untuk meringankan risiko atau kerugian pelanggan. Garansi tersebut menjanjikan kualitas prima dan kepuasan pelanggan. Fungsi utama garansi adalah untuk mengurangi resiko pelanggan sebelum dan sesudah pembelian barang atau jasa. selain itu, garansi juga berfungsi memaksa perusahaan memberikan yang terbaik dan meraih kesetiaan pelanggan.

Garansi atau jaminan dapat diberikan dalam dua bentuk, yaitu:
1. Garansi internal
Garansi internal adalah janji yang dibuat oleh suatu departemen atau divisi kepada pelanggan internalnya. Pelanggan internal adalah memproses lebih lanjut dan setiap orang dalam perusahaan yang sama yang memanfaatkan hasil atau jasa departemen atau divisi tersebut. Garansi itu berlandaskan pada komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik, tepat waktu, akurat, jujur, dan sungguh-sungguh. 

2. Garansi eksternal
Garansi eksternal adalah jaminan yang dibuat oleh perusahaan kepada pelanggan eksternalnya. Pelanggan eksternal adalah orang atau lembaga diluar perusahaan yang membeli dan menggunakan produk perusahaan. Garansi itu menyangkut servis yang unggul, produk yang handal, dan berkualits tinggi.

Suatu garansi yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
  • Realistis dan dinyatakan secara spesifik
  • Sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami
  • Mudah diterima atau diperoleh pelanggan
  • Terpercaya
  • Berfokus pada kebutuhan pelanggan
  • Sungguh berarti
  • Memberikan standar kinerja yang jelas
4. Strategi penanganan keluhan yang efisien
Ada empat espektasi penanganan keluhan pelanggan, yaitu:
  1. Empati terhadap pelangan yang marah
  2. Kecepatan dalam menangani keluhan
  3. Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan permasalahan dan keluhan
  4. Kemudahan bagi perusahaan untuk menghubungi perusahaan
5. Strategi peningkatan kinerja perusahaan
Strategi peningkatan kinerja perusahaan meliputi berbagai upaya, antara lain:
  • Melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan pelanggan secara berkesinambungan
  • Memberikan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan komunikasi, salesmanship, dan public relations kepada pihak manajemen dan karyawan
  • Memasukan unsur kemampuan untuk memuaskan pelanggan ke dalam sistem penilaian prestasi karyawan
6. Menerapkan Quality Function Deployment (QFD)
Quality Function Deployment (QFD) adalah praktik untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan. QFD berusaha menerjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan organisasi atau perusahaan. QFD dilaksanakan dengan melibatkan pelanggan dalam proses pengembangan produk sedini mungkin. Hal itu memungkinkan sebuah perusahaan memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai efektivitas maksimum.

Kamis, 28 Agustus 2014

Menangani Keluhan Pelanggan

Pelanggan menurut sifatnya ada bermacam-macam. Berdasarkan latar belakang dan adat kebudayaan yang berbeda-beda, aneka ragam karakter pelanggan pun muncul di tengah-tengah kesibukan kita sebagai bagian dari "Pelayanan Pelanggan (Customer Service)". Sebagaimana disinggung dalam bab sebelumnya bahwa ada berbagai sifat pelanggan, antara lain:
  1. Pelanggan mau dianggap sebagai raja.
  2. Pelanggan yang mau dipenuhi keinginan/kebutuhannya.
  3. Pelanggan tidak mau didebat atau disinggung.
  4. Pelanggan yang mau diperhatikan
  5. Pelanggan yang mau/minta dipuji.
Pelanggan adalah mitra bisnis, yang akan mengangkat citra produk sekaligus meningkatkan omzet penjualan. Karena itu, memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan adalah kunci keberhasilan meraih kepercayaa pelanggan.

Penyebab Pelanggan Mengeluh

Beberapa Indikasi penyebab munculnya keluhan pelanggan diantaranya adalah :
  1. Pelanggan diperlakukan tidak sebagaimana mestinya, cenderung disia-siakan dan seperti tidak ada artinya sama sekali.
  2. Ketidak mampuan dan ketidaefisienan kita dalam menangani masalah.
  3. Karyawan tidak dapat diajak bekerja sama dengan baik.
  4. Produk yang cacat.
  5. Kurang informasi
  6. Mereka tidak memperoleh jawaban atas masalah mereka.
  7. Mereka diperlakukan dengan tidak adil, kasar dan membuat mereka menunggu untuk alasan yang tidak perlu.
  8. Kita tidak memperhatikan sehingga mereka harus mengulang apa yang merek katakan.
  9. Telepon mereka tidak dijawab oleh kita dengan segera.
  10. Mereka dibiarkan terlalu lama menunggu sampai akhirnya telepon terputus.
  11. Mereka kecewa karena tidak mendapatkan apayang mereka harapkan.
  • Menghadapi pelanggan yang sulit
Untuk menghadapi pelanggan yang seperti ini, kita bisa menanganinya dengan cara: 
  1. Tersenyum dan tetap tenang
  2. Mencoba mengerti apa yang sebenarnya diinginkan
  3. Memenuhi kebutuhan pelanggan secepatnya dan seefektif mungkin
  4. Terus berusaha, jangan menyerah 
  •  Meredakan emosi pelanggan 
Ketika kita mengetahui sikap pelanggan yang demikian, usahakanlah tetap sabar dan ramah, karena tidak mungkin anda ganti memarahi atau memaki pelanggan-pelanggan kita sama seperti mereka telah memperlakukan kita. Berikut ini adalah beberapa cara untuk meredakan emosi pelanggann yaitu :
  1. Dengarkan pelanggan anda dengan seksama
  2. Tunjukan sikap peduli anda
  3. Jangan melibatkan emosi anda
  4. Tetaplah Tenang
  5. Pusatkan perhatian anda pada masalah dan cari jalan keluarnya
  6. Ajukanlah pertanyaan dan dengarkan dengan seksama
  7. Kenali persoalan secepat mungkin
  8. Pecahkan masalah
  9. Jangan mengkambinghitamkan karyawan atau bagian lain
  10. Jangan mendiskusikan suatu masalah dengan pelanggan di hadapan pelanggan lain
Sementara itu Dru Scott memberikan 7 langkah praktis dalam menangani pelanggan dan memberikan solusinya. yaitu:
  1. Memperlihatkan rasa hormat
  2. Mendengarkan untuk memahami
  3. Mengetahui ekspektasi pelanggan
  4. Mengulangi permintaan khusus
  5. Menguraikan solusi atau alternatif
  6. Mengambil tindakan dan mengikuti kelanjutannya
  7. Memeriksa ulang untuk memastikan kepuasan pelanggan

Rabu, 20 Agustus 2014

Melakukan Negosiasi

Dalam usaha menjalin relasi, menjaga relasi, maupun memperbaiki relasi kerap kali terjadi apa yang disebut "negosiasi", antara kedua belah pihak untuk mencapai suatu kesepakatan tertentu. Negosiasi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain.

A. Apa itu negosiasi bisnis?
Negosiasi bisnis adalah pertemuan antara dua orang atau dua kelompok pengusaha untuk melakukan serangkaian tawar-menawar yang berkesinambungan mengenai suatu subjek niaga tertentu, yang bertujuan untuk mencapai suatu perjanjian atau kontrak dagang.

Setiap negosiasibertujuan untuk mencapai sebuah kesepakatan atau perjanjian dengan syarat-syarat yang secara optimal memuaskan kedua belah pihak.

Dalam sebuah negosiasi, bisa saja dihasilkan suatu kontrak atau perjanjian diantara kedua belah pihak. Akan tetapi, tidak jarang juga terjadi kemacetan atau deadlock, di mana hasil yang didapatkan dari negosiasi kurang memuaskan salah satu pihak.

Lalu, apa yang sebenarnya yang menjadi "subjek" dari negosiasi bisnis? Subjek negosiasi bisnis biasanya mengenai mutu/kualitas barang, harga, syarat pembayaran, tempat penyerahan, waktu penyerahan, sertifikasi mutu, garansi, perawatan purna jual, sanksi-sanksi (penalty clause), pembagian tugas dan kewajiban masing-masing pihak, dan lain-lain.

B. Syarat seorang negosiator
  1. Comrades (sikap bersahabat)
Seorang perunding yang baik tidak memiliki rasa lebih "tinggi" atau "unggul" (superioroty complex) dari lawan berundingnya, dan juga sebaliknya tidak boleh terlalu merasa lebih "rendah" atau "rendah diri" (inferiority complex). Sikap paling baik yang bisa dilakukan sebagai perunding yang baik adalah menganggap lawan berunding sebagai mitra atau partner yang setaraf, sehingga pembicaraan yang terjadi nantinya merupakan pembicaraan yang seimbang.

  2.Clear In Mind (berpikir jernih)
Seorang perunding yang baik lebih mengutamakan keuntungan jangka panjang (long terms advantages) dan kepentingan yang luas. Didukung dengan wawasannya yang lauas, alur pemikiran yang sistematis, dan pikiran yang jernih tanpa syak wasangka, seorang perunding diharapkan bisa menghasilkan perundingan yang memuaskan. Dengan penuh perhitungan, ia harus memainkan taktik "mengalah untuk menang" atau taktik "mundur selangkah untuk maju seribu langkah".

  3. Clean in words (halus dalam bertutur kata)
Pilihlah kata-kata yang jelas dan tegas, sehingga terhindar dari salah pengertian. Sampaikan pembicaraan dengan tata krama yang halus, dan hindari kata-kata bermakna ganda (ambivalens), kata-kata sinis apalagi kasar.

  4. Conpromizer (seorang yang siap untuk berkompromi)
Seorang perunding yang baik adalah orang yang cerdik dan bijaksana yang mampu mengalah tanpa merasa kalah, dan mampu menang tanpa perlu menepuk dada. Seharusnya, negotiator tidak berwatak otoriter atau diktator yang suka memaksakan kehendak pada pihak lain. Dia harus bisa menyambut uluran tangan dengan penuh pengertian dan memberikan konsesi tanpa merasa kehilangan (takes and gives).

  5. Collaborator (siap membuat konsep bersama)
Perunding yang baik adalah orang yang bisa menerima keadaan di mana setengah gelas kopi yang dimilikinya dicampur dengan setengah gelas susu yang di tawarkan mitra perundingnya. Ia bisa menerima sebagian usul atau saran dari pihak lawannya sebagai imbalan dari penerimaan pihak lawan terhadap usulnya, sehingga tercipta konsep bersama (mixed concept)

  6. Calmness (berwatak tenang)
Para perunding adalah seorang ahli strategi ahli siasat dan diplomat yang dapat menyembunyikan perasaannya dengan baik sehingga taktik dan strateginya tidak mudah ditebak atau diperhitungkan oleh pihak lawan. Ia harus bermental baja, yang masih bisa berpikir tenang meski di bawah tekanan intimidasi, bahkan di bawah dentuman peluru/todongan senjata. Ia pun harus mampu bertahan di bawah pengaruh bujuk rayu dan umpan-umpan yang memabukkan.

  7. Capable (handal)
Perunding haruslah handal dalam bidangnya. Ia menguasai medan dan materi perundingan dan harus lincah dan tanggap menangkis setiap masalah yang bisa merugikan pihak yang diwakilinya.

  8. Contactual Conclusion perumus yang baik)
Pada akhir perundingan, rumusan kontrak perjanjian harus jelas, tegas, dan tepat. Karena itu, seorang perunding juga harus memiliki kemampuan berbahasa tulis yang baik, sekaligus betindak sebagai redaktur yang merumuskan perjanjian, sehingga memuaskan kedua belah pihak.

C. Negosiasi yang sukses
Negosiasi yang sukses adalah bila pascanegosiasi terdapat sebuah hasil berupa persetujuan atau kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak. Untuk mencapai kesepakan tersebut, kedua belah pihak harus memiliki syarat-syarat berikut:

1. Common Interest (kepentingan bersama)
Negosiasi akan berjalan lancar bila kedua belah pihak mempunyai kepentingan bersama atas subjek yang di negosiasikan. Adanya kepentingan atau interest bersama tersebut mendukung terciptanya momen negosiasi menjadi lebih lancar dan sukses.

2. Common Will (keinginan bersama)
Adanya unsur keinginan bersama akan mendorong kedua belah pihak yang melakukan perundingan (berkeinginan) untuk menyikseskan negosiasi.

3. Good faith (itikad baik)
Masing-masing pihak yang berunding harus mempunyai itikad baik untuk mencapai kesepakatan bersama. Jika tidak ada itikad baik, niscaya akan muncul rasa saling curiga, dan berakibat pada berkurangnya tingkat kepercayaan diantara kedua belah pihak.

4. Tolerance (tenggang rasa)
Negosiasi dapat juga dirumuskan sebagai upaya untuk mendamaikan dua kepentingan yang saling berkepentingan yang saling bertentangan (conflict of interest). Dalam hal ini, negosiasi akan berbentuk sebagai "proses tawar-menawar" atau "bergaining process" yang akan berjalan seru dan agu argumentasi yang menegangkan. Karena itu diperlukan sikap tenggang rasa, namun tetap tidak boleh mengorbankan "kepentingan pokok", yakni subjek perundingan itu sendiri.

5. Mutual Benefit (keuntungan bersama)
Setiap perundingan yang baik tentu akan menghasilkan suatu rumusan hasil kesepakatan atau perjanjian yang menguntungkan dan membawa manfaat bagi kedua belah pihak. Jika salah satu pihak memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan keuntungannya bagi pihaknya sendiri, bisa dipastikan negosiasi itu akan gagal.

Menurut Thomas Kilman ada lima tipe atau pola dalam menghadapi konflik, yaitu:
1. Competiting (asertif-nonkoperaktif)
Individu memaksakan pemenuhan kepuasan dirinya pada orang lain. Orientasinya adalah kekuatan. Orang akan menggunakan segala bentuk kekuatan yang dimiliki (finansial, kedudukan, dan sebagainya) untuk menekan pihak lain yang dianggap sumber konflik. Sasarannya adalah "I'm NOT OK - you're OK".

2. Accomodating (nonasertif-kooperatif)
Individu akan mengalah pada kepentingan pihak lain. Orang akan patuh pada apa yang dikenakan atas dirinya, sekalipun hal itu tidak mengenakannya. Sasarannya: "I'm NOT OK - you're OK".

3. Collaborating (asertif-kooperatif)
Individu mengupayakan kerja sama dengan pihak lain untuk mendapatkan satu pemecahan yang saling menguntungkan dan memuaskan kedua belah pihak. Individu akan berusaha menggali dan mengenali cara pandang pihak lain, mencari sumber-sumber mana yang dimiliki dan tidak dimiliki antar pihak, serta usaha mendekati permasalahan secara kreatif agar dicapai pemecahan yang saling menguntungkan. Sasarannya: "I'm OK - you're OK".

4. Avoiding (nonasertif-nonkooperatif)
Individu dengan pola ini akan cenderung menghindari, lari dari konflik ataupun jika sudah ada dihadapannya, dia akan lari dan berpaling menganggap seakan konflik itu tidak akan pernah ada. Sasarannya: "I'm NOT OK - you're NOT OK".

5. Compromising
Polo ini berada diantara asertif dan kooperatif. Individu akan mencari satu pemecahan yang dapat diterima semua pihak. Tipe ini tidak mencoba untuk memaksakan kehendaknya, namun juga tidak mau mengalah begitu saja. Dalam menerima konflik, ia tidak akan segera menghindari atau lari, namun juga tidak akan langsung mendekatinya secara mendalam. Tipe ini ada diantara keempat tipe di atas.

D. Penerapan Masing-masing Pola
Pola-pola perilaku yang diungkapkan Thomas Kilmann memiliki kekhususan terhadap situasi konflik tertentu. Berikut beberapa aplikasi situasi berdasarkan pola perilaku;

1. Competiting
    Perilaku ini cocok diterapkan pada situasi-situasi yang:
    a. Membutuhkan keputusan yang cepat dan vital misalnya: dalam keadaan gawat darurat, emergency.
    b. Keadaan penting yang membutuhkan implementasi yang tuntas misalnya penciutan anggaran,
        penegakan disiplin .
    c. Hal-hal yang berkenaan dengan kelangsungan hidup dan kesejahteraan orang banyak (organisasi)
    d. Melindungi diri terhadap orang lain yang memetik keuntungan dari perilaku mengalah.

2. Collabirating
    Perilaku ini cocok diterapkan pada situasi-situasi sebagai berikut:
    a. Untuk mendapat suatu pemecahan yang integratif, di mana beberapa kepentingan cukup "pantas"
        untuk dipertimbangkan dan dikompromikan.
    b. Sasarannya adalah untuk belajar, misalnya menguji asumsi-asumsi yang dibuat, mencoba
        memahami jalan pikiran pihak lain.
    c. Mendapatkan masukan dari orang lain yang punya pandangan berbeda dalam mendekati suatu
        masalah.
    d. Mendapatkan komitmen dari pihak lain.
    e. Membutuhkan hubungan interpersonal yang hangat dan intens.

3. Compromising
    Akan lebih bermanfaat jika diterapkan pada keadaan-keadaan:
    a. Di mana sasaran dipandang cukup penting, tapi tidak terlalu dibutuhkan asertivitas.
    b. Di mana kedua belah pihak dengan kekuatan berimbang terlibat dalam satu sasaran bersama,
        misalnya perundingan antara Serikat Pekerja dengan pihak manajemen perusahaan.
    c. Di mana tekanan waktu (time preassure) tidak terlalu ketat.
    d. Merupakan bantuan atau dukungan jika cara-cara collaborating tidak lagi dapat ditemukan.

4. Avoiding
    a. Di mana hal yang dipermasalahkan tidak terlalu penting, atau jika ada hal lain yang lebih penting
        mesti dihadapi
    b. Pada saat tidak lagi punya kesempatan untuk mendapatkan pemenuhan kepuasan diri, misalnya
        saja: tidak punya power, frustasi pada satu hal yang sulit diubah - apakah itu kebijakan perusahaan
        perilaku atasan, dan sebagainya.

5. Accomodating
    a. Jika benar-benar ada dalam posisi kalah dan salah, untuk kembali membangun citra diri, untuk
        belajar dari orang lain untuk menunjukan bahwa cukup memiliki sikap ksatria dan reasonable.
    b. Jika hal-hal tersebut merupakan kepentingan pihak lain, daripada kepentingan diri sendiri untuk
        memuaskan (services) pada pihak lain, niat baik untuk membina dan memelihara interpersonal
        yang lebih baik.
    c. Membangun social credit  untuk hal-hal kemudian yang lebih penting bagi diri sendiri (mundur
        untuk maju)
    d. Alat bantu bagi pengembangan manajemen untuk para bawahan: agar dapat eksperimen, dan
        belajar dari kesalahan mereka.

E. Mitra perunding kita, dinggap lawan ataukah kawan?
Biasanya, sebelum terjadi negosiasi di antara kedua belah pihak telah terjalin sebuah relasi dalam bentuk korespondensi ataupun pertemuan tatap muka. Hal itu wajar sebagai bagian dari langkah awal dalam setiap transaksi bisnis.

Dengan kerespondensi ini, pihak yang mengambil prakarsa (inisiatif) mengemukakan keinginan dan minat yang terkandung di dalam hatinya dengan cara yang akrab dan bersahabat namun tidak melupakan kepentingan bisnisnya yang utama, yaitu keuntungan bagi usaha dan perusahaannya.

Cara yang akrab dan bersahabat di satu pihak dan kepentingan bisnis di lain pihak merupakan inti dari suatu negosiasi bisnis yang berhasil. Dalam bernegosiasi bisnis atau perundingan dagang, lawan bicara atau mitra dagang yang kita hadapi, kiranya dapat disamakan dengan pasangan dalam olahraga catur. Di satu pihak, ia adalah kawan bermain yang harus kita hadapi dengan segala keramahan dan keakraban, dan sekaligus di lain pihak harus kita hadapi sebagai lawan yang tangguh.

Menjaga Hubungan Baik Dengan Pelanggan

Pelanggan adalah bagian terpenting dalam usaha kita, bukan orang laur perusahaan. Pelanggan adalah orang/lembaga yang melakukan pembelian produk/jasa kita secara berulang-ulang (continue). Kelangsungan hidup perusahaan sangat bergantung pada banyak sedikitnya pelanggan. Oleh karena itu, hubungan yang sudah ada harus terus dibina dan di tingkatkan.

Cara-cara menjaga hubungan baik dengan pelanggan, antara lain:
A. Menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan pelanggan.
B. Memberikan pelayanan yang memuaskan
C. Memberikan penghargaan yang baik yang bersifat moral maupun meteriil. Misalnya, tegur sapa yang ramah, pemberian potongan harga, bunus atau hadiah.

Selasa, 19 Agustus 2014

Cara Membangun Hubungan Dengan Pelanggan

Dalam pelayanan pada pelanggan, 80 persen kesuksesan adalah memperlakukan pelanggan seperti seorang tamuyang baru saja datang. Apakah pelanggan mendatangi kita secara langsung atau melalui telepon, sapalah pelanggan dengan sangat hangat. Pada telepon, sapaan yang ramah dan cerita banyak artinya untuk meletakan dasar bagi suatu hubungan yang baik.
Menurut Dr. Robert Bramson, untuk membangun hubungan dengan pelanggan adalah menyapa pelanggan dan mengembangkan hubungan singkat. Caranya adalah dengan salamilah pelanggan dengan tepat, menyapa pelanggan dengan ramah, berbicara dengan pelanggan, berbicara melalui mata, tersenyum dalam menyambut pelanggan.

A. Salamilah Pelanggan Dengan tepat
Suatu penelitian yang berkaitan dengan pelanggan mencatat jumlah detik yang harus dilewatkan orang-orang menunggu agar disalami atau disapa dalam beberapa perusahaan. Para peneliti menanyakan kepada pelanggan berapa lama mereka telah menunggu. Dalam setiap kasusnya, perkiraan pelanggan tentang waktu yang terbuang jauh lebih lama dibanding waktu yang sebenarnya. Kalau petugas pelayanan pelanggan tidak langsung memberinya perhatian langsung, pelanggan itu akan pergi.
Dalam tatap muka langsung, sapaan yang tepat akan mengurangi stress atau kebingungan pelanggan. Mengapa pelanggan merasa stress? Pelanggan itu berada di tempat yang baru mereka kenal. Mereka mungkin merasa agak tidak nyaman.

B. Menyapa Pelanggan Dengan Ramah
Sapaan yang ramah dan cepat akan memberikan rasa nyaman kepada pelanggan. Sapaan yang ramah akan melancarkan komunikasi selanjutnya. Robert Bramson menceritakan pengalamannya dilayani di sebuah restoran cepat saji demikian:
"Sebuah restoran cepat yang sering saya kunjungi menugasi seseorang melayani, menyapa saya dan menuliskan pesanan saya pada secarik kertas. Kemudian, saya memberikan pesanan makanan saya kepada petugas pencatat pembelian ketika saya sampai di sana. Pengaruh psikologisnya adalah bahwa saya merasa telah memesan makanan. Oleh karena itu, saya tidak memperhatikan antrian di depan saya dan pergi begitu saja. Sebenarnya saya tidak akan memesan sampai petugas pencatat pembelian menanyakan pesanan saya. Namun dengan disapa dengan ramah, cepat, dan penyapanya memberi saya pesanan, saya telah memberikan komitmen untuk tetap menunggu."

C. Berbicara Dengan Pelanggan
Sapalah pelanggan dengan waktu 10 detik setelah dia masuk ke lokasi tempat kerja anda. meskipun anda masih sibuk dengan pelanggan anda yang lain atau sedang menelepon, berhentilah sejenak untuk mengatakan "halo". Dengan demikian pelanggan itu tahu bahwa anda akan siap untuk membantunya segera.

D. Berbicara Dengan Pelanggan Melalui Mata
Dalam situasi dimana anda mungkin mampu untuk mengatakan "halo", anda bisa melakukan kontak mata. Hanya dengan melihat pelanggan, anda bisa menceritakan banyak tentang kesediaan anda untuk melayani pelanggan.
Kontak mata menciptakan satu ikatan antara anda dengan pelanggan anda. Kontak mata menyampaikan keinginan anda untuk berkomunikasi. Kontak mata mengembangkan hubungan. Anda tidak harus menyela apa yang sedang anda lakukan dengan pelanggan lainnya. Cara ini akan mengurangi kemungkinan pelanggan merasa diabaikan. Kontak mata merupakan alat komunikasi yang ampuh.

E. Tersenyum Dalam Menyambut Pelanggan
Senyuman akan memberitahu pelanggan bahwa mereka datang ke tempat yang benar dan berada di tempat yang ramah. Senyumlah dengan mata dan mulut anda. Biarkanlah wajah anda menunjukan bahwa anda senang pelanggan anda telah datang. Kalau anda tidak bisa tersenyum secara spontan, berlatihlah.

Rabu, 13 Agustus 2014

Etiket Pelayanan

Etiket secara sempit berarti tata cara berhubungan dengan manusia. Kata etiket berasal dari bahasa Prancis Etiquette, yang berarti kartu undangan. Sementara dalam arti luas, etiket berarti tindakan untuk mengatur tingkah laku manusia atau masyarakat tertentu, agar tidak melanggar norma-norma atau adat yang berlaku.

Berkaitan dengan pelanggan, etiket ini penting sebagai bentuk sikap karyawan untuk menghargai diperhatikan oleh segenap karyawan dalam etiket pelayanan dan harus dijalankan oleh setiap karyawan adalah sebagai berikut:
  1. Selalu ingin membantu setiap keinginan dan kebutuhan pelanggan sampai tuntas.
  2. Selalu memberikan perhatian terhadap permasalahan yang dihadapi pelanggan.
  3. Sopan dan ramah dalam melayani pelanggan tanpa melakukan diskriminasi dalam bentuk apapun.
  4. memiliki rasa toleransi yang tinggi dalam menghadapi setiap tindak-tanduk para pelanggan
  5. Menjaga perasaan pelanggan agar tetap merasa tenang, nyaman, dan menimbukan kepercayaan
  6. Dapat menahan emosi dari setiap kasus yang dihadapi terutama dalam melayani pelanggan yang berperilaku kurang baik.
  7. Menyenangkan orang lain merupakan sikap yang harus selalu ditunjukan oleh setiap karyawan.
Selain hal-hal diatas, ada beberapa sikap atau perilaku yang tidak boleh dilakukan selama berhadapan dengan pelanggan.
  1. Dilarang menggunakan pakaian yang sembarangan
  2. Dilarang melayani pelanggan atau tamu sambil makan, minum, merokok, dan mengunyah sesuatu seperti permen karet
  3. Dilarang melayani pelanggan atau tamu sambil mengobrol atau bercanda dengan karyawan yang lain dalam kondisi apapun.
  4. Dilarang menampakkan wajah cemberut, memelas, dan sedih di depan pelanggan.
  5. Dilarang berdebat atau menyanggah
  6. Dilarang meninggalkan pelanggan
  7. Dilarang berbicara terlalu keras atau lemah
  8. Dilarang keras meminta imbalan atau janji-janji